Pendidikan Tersier dan Hilangnya Penerus Intelektual
Gambar sebagai ilustrasi (freepik.com)
Pendidikan tingkat lanjut (tersier) telah menghancurkan harapan generasi muda dalam membangun negara mereka.
Oleh: Nurma Dewi
Mengatakan bahwa "pendidikan tinggi itu tersier" sungguh menyakitkan bagi kami yang berasal dari kalangan "kaum pinggiran" atau "kaum marginal". Terlebih lagi jika pernyataan tersebut datang dari seorang professor, yang bagi kami, gelar professor menunjukkan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi. Kabarnya, ia juga merupakan pejabat penting di negara ini.
Tidak hanya menyakiti hati, pernyataan tersebut juga meruntuhkan impian anak-anak bangsa. Meskipun dengan segala keterbatasan, anak-anak di pinggiran berusaha keras belajar, agar suatu hari nanti bisa meraih pendidikan tinggi dan mengikuti jejak para leluhur bangsa. Seringkali impian untuk menjadi seperti B.J. Habibie, sering mampir di ruang pikiran dan ruang perasaan. Semangat dari para guru yang mengatakan "gantungkan cita-citamu setinggi langit" semakin menambah semangat.
Orang tua selalu menanamkan harapan kepada anak-anaknya. Mereka rela berjuang keras, berusaha keras untuk mewujudkan harapan tersebut. Semoga anak-anak bisa mencapai kehidupan yang lebih baik dari mereka.
Memutuskan Mata Rantai Keilmuan
Pendidikan tinggi sebagai pendidikan tersier, telah mengurangi makna dari pendidikan itu sendiri, baik bagi individu maupun masyarakat. Jika pendidikan tinggi dianggap sebagai sesuatu yang sekunder, boleh kuliah atau tidak, tentu hal ini akan mengabaikan berbagai hal penting, termasuk memutuskan mata rantai keilmuan.
Karena itu, bermunculanlah tema-tema opini yang diberitakan terkait pernyataan tersebut. Termasuk tema yang saya tulis ini, "Pendidikan Tersier dan Hilangnya Penerus Intelektual". Ini sebagai bentuk "menyayangkan" pernyataan yang keluar dari rahim penyelenggara keberlanjutan mata rantai keilmuan.
Mata rantai keilmuan terputus bisa terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah biaya pendidikan yang tinggi sehingga banyak penerus tradisi intelektual yang kesulitan untuk melanjutkan perkembangan ilmu pengetahuan.
Bicara mengenai intelektual sering kali terkait dengan perguruan tinggi, karena perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga penting yang turut berperan dalam menjaga, mengembangkan, dan menyebarkan pengetahuan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memberikan dukungan dan perlindungan kepada generasi muda sebagai pewaris ilmu pengetahuan. Jika tidak ada generasi penerus yang mampu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, maka ilmu tersebut dapat hilang atau terhenti. []