Dibalik Suhu Diketahui Krak Suhunya
Oleh: Nurma Dewi
Di antara guru besar tersebut, menarik melihat sosok Kamaruzzaman, yang kami sapa akrab dengan KBA. Bagi dunia perkampusan di Aceh, pasti nama tersebut sangat populer, KBA dapat dikatakan "Selegram Akademik".
Di hari pengukuhan, kegembiraan KBA dan keluarga dibagi juga kepada kami (LSAMA) lewat "kenduri prof", yang diadakan di rumah jabatannya yang berada di lingkungan kampus UIN Ar-Raniry.
Mengapa kemudian saya jadi menulis artikel ini, terkusus melihat siempunya Acehnologi. Seperti saya sampaikan di atas, siapa yang tidak mengenal Prof. KBA, sosok ilmuwan Aceh, yang dalam waktu "kegembiraannya", ia mehanturkan ucapan terima kasih kepada guru-gurunya. Plus ucapan terima kasihnya disandingkan dengan narasi ilmiah, terkhusus dalam kajian Fikih sebagai ilmu sosial Islam.
Apa yang dibagikan KBA, bagi insan kampus menjadi suatu "diskusi otak", di antara berita-berita, dan penggalan-penggalan diskusi negeri yang berseliwerang difacebook, IG, tiktok dan youtube yang dikonsumsi selama ini, apalagi berita-berita politik yang sangat "aduhai". Sekali lagi, ini "diskusi otak" bagi yang membutuhkan.
Ketika kami hendak menghadiri "kenduri prof", saya, Pak Prof Hasbi (Krak Suhu) dan Dr. Syamsul menyempatkan ngopi yang kemudian berbaringan tim (LSAMA) menuju kediaman Prof. KBA. Ada perbincangan "haba kupie beungoh" tentang gelar professor di antara kami, yang sederhananya membincangkan professor tempo dulu dan sekarang.
Menariknya sekilas haba kupie beungoh kami, terpotret dalam narasi perjalanan ilmiah yang dibagikan oleh Prof KBA sendiri melalui blognya KBA.13. Haba kupie beugoh dan artikel blog KBA.13 ini pula yang kemudian membuat saya menulis dengan tema Dibalik Suhu Diketahui Krak Suhunya.
Sebutan sederet nama-nama cendekiawan Indonesia (yang beberapa saya mengenalnya melalui karya), merupakan guru antropolog ini. Dari sini kiranya dapat dibayangkan akan kedalaman ilmunya. Ditambah lagi suplai vitamin akademik yang tidak pernah berhenti dikonsumsinya.
Dibeberapa kajian akademik, terutama bila mengkaji tokoh dan pemikiran, taruhlah misal Imam Syafi'i, imam Al-Ghazali, termasuk juga dalam kajian ulama dayah, pasti ada satu sub bagian yang mengkaji siapa gurunya. Karena sosok guru inilah, yang kemudian terpancar pada sosok murid. Sebagaimana ditulis KBA dalam blognya.
Khitmadnya KBA kepada guru, begitu kentara terasa pada narasi tersebut. Ia sadar asal ilmu, dan bagaimana asmofer guru itu hidup dalam konteks waktu dan zaman yang berbeda.
KBA memang bukan akademik biasa, ia adalah salah seorang "Suhu Akademik" yang telah menuntut ilmu dari "Krak Suhu" di Aceh, Indonesia dan Luar Negeri.
Apa yang terlihat pada "Suhu" KBA (maaf, kemudian saya sebut Suhu KBA di sini), merupakan "reinkarnasi" warisan budaya (cultural heritage) dari Krak Suhu. Warisan Krak Suhu begitu hidup dalam alam idea maupun di alam amal suhu KBA. Semoga akan ada lahir suhu-suhu selanjutnya dari Suhu KBA.